30 November 2015

Bang Deni

Untuk Apa Hidup Kalau Hanya Numpang Ngeluh

         Manusia memiliki potensi yang sangat luar biasa. Namun, manusia terkadang mudah rapuh dan terjebak pada keadaan yang justru membuatnya lemah dan hanya pandai mengeluh. Mengeluh seolah menjadi pilihan efektif saat seseorang didera cobaan atau ujian.
        Adanya cobaan atau ujian dalam hidup adalah sesuatu yang niscaya. Keduanya adalah bagian dari drama hidup yang telah ditentukan oleh Sang Maha Pencipta. Manusia hanya dituntut untuk menjadikannya sebagai bagian dari proses pembelajaran dan pematangan diri, bukan mengeluh atau bersedih. Mengeluh tidak memberikan apa - apa kepada manusia, kecuali kehancuran dan keterpurukan.
      Keaktifan, kreativitas, dan inisiasi menjadi salah satu "penolong" agar manusia menjadi pemenang atas ujian dan cobaan hidup yang melingkupinya


                                                                                                              - Khalifi Elyas Bahar -










Source : buku "Untuk Apa Hidup Kalau Hanya Numpang Ngeluh" karya Khalifi Elyas Bahar
Read More

24 November 2015

Bang Deni

Akhlak Tawadhu'

Secara bahasa, akhlak berasal dari kata al-khuluq yang berarti kebiasaan, tingkah laku atau tabiat. Secara terminologi, akhlak berarti tingkah laku seseorang yang didorong oleh suatu keinginan secara sadar untuk melakukan suatu perbuatan yang baik. Sedangkan secara istilah, akhlak adalah sifat-sifat yang diperintahkan Allah kepada seorang muslim untuk dimiliki tatkala ia melaksanakan berbagai aktivitasnya. Sifat-sifat Akhlak ini nampak pada diri seorang muslim ketika dia melaksanakan berbagai aktivitas, seperti ibadah, mu’amalah dan lain sebagainya. Imam Al-Ghazali menyatakan bahwa akhlak adalah perangai yang melekat pada diri seseorang yang dapat memunculkan perbuatan baik tanpa mempertimbangkan pikiran terlebih dahulu.
          Semua akhlak yang dipraktikkan oleh Nabi Muhammad SAW bersumberkan dari Al-Qur’an. Akhlak ini telah membentuk karakter tersendiri dalam diri beliau dan berpengaruh besar terhadap kehidupan sosialnya. Suatu hari Sayidah ‘Ā’isyah ditanya tentang akhlak Nabi Muhammad SAW, ‘Ā’isyah kembali bertanya kepada orang yang menanyakannya: “Apakah kamu pernah membaca Al-Qur’an?” dijawab: “Pernah.” ‘Ā’isyah meneruskan jawabannya: “Akhlak Nabi adalah al-Qur’an.”
        Apabila akhlak Rasulullah SAW bersumber dari Al-Qur’an, maka sifat rendah hati yang memancar dari rumah Nabi juga berasal dari Al-Qur’an. Allah SWT menegaskan bahwa Dia akan menjauhkan rahmat dan tanda-tanda kekuasaan-Nya dari orang-orang yang sombong dan tidak mempunyai sifat rendah hati. Allah berfirman dalam Al-Qur’an Surah Al-A’rāf, 7: 146, yang artinya: “Aku memalingkan orang-orang yang menyombongkan dirinya di muka bumi tanpa alasan yang benar dari tanda-tanda kekuasaan-Ku.”
          Tawadhu’ adalah sifat rendah hati namun tidak sampai pada taraf merendahkan kehormatan diri. Tawadhu’ ini termasuk akhlak mulia. Orang yang tawadhu’ adalah orang yang menyadari bahwa semua kenikmatan yang didapatnya yakni dari Allah SWT dan dengan pemahamannya tersebut maka tidak pernah terbersit sedikitpun dalam hatinya kesombongan ataupun merasa lebih baik dari orang lain. Disaat seseorang semakin bertambah ilmunya, maka semakin bertambah pula sikap tawadhu’ dan kasih sayangnya. Semakin bertambah amalnya, maka semakin meningkat pula rasa takut dan waspadanya. Setiap kali bertambah usianya, maka semakin berkuranglah ketamakan nafsunya. Setiap kali bertambah hartanya, maka bertambahlah kedermawanan dan kemauannya untuk membantu sesama. Setiap kali bertambah tinggi kedudukan dan posisinya, maka semakin dekat pula dia dengan manusia dan berusaha untuk menunaikan berbagai kebutuhan mereka serta bersikap rendah hati kepada mereka. Ini karena orang yang tawadhu menyadari akan segala nikmat yang didapatnya adalah dari Allah SWT, untuk mengujinya apakah ia bersyukur atau malah kufur.
            Sebenarnya tawadhu’ sangat diperlukan bagi siapa saja yang ingin menjaga amal shaleh atau amal kebaikannya agar tetap tulus dan ikhlas. Memang tidak mudah menjaga keikhlasan amal shaleh atau amal kebaikan ini agar tetap murni, bersih dari tujuan selain Allah. Sangat banyak godaan yang datang dan selalu berusaha mengotori amal kebaikan kita. Apalagi disaat pujian dan ketenaran mulai datang menghampiri kita, maka terasa semakin sulit bagi kita untuk tetap bisa menjaga kemurnian amal shaleh kita, tanpa terbesit adanya rasa bangga dihati kita. Disinilah sangat diperlukan tawadhu’ dengan menyadari sepenuhnya, bahwa sesungguhnya segala amal shaleh yang mampu kita lakukan, semua itu adalah karena pertolongan dan atas ijin Allah SWT.Jadi sudah selayaknya kita sebagai umat muslim bersikap tawadhu’.
             
Berikut beberapa dalil tentang pentingnya akhlak tawadhu’ :
  • Adapun hamba – hamba Tuhan Yang Maha Pengasih itu adalah orang – orang yang berjalan di bumi dengan rendah hati dan apabila orang – orang bodoh menyapa mereka (dengan kata – kata yang menghina), mereka mengucapkan salam” [QS. Al Furqaan : 63]
  • Jangan sekali – kali engkau (Muhammad) tujukan pandanganmu kepada beberapa golongan di antara mereka (orang kafir), dan jangan engkau bersedih hati terhadap mereka dan berendah hatilah engkau terhadap orang yang beriman” [QS. Al-Hijr : 88]
  • Dari ‘Iyadh bin Himar رضي الله عنه, berkata: “Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda: “Sesungguhnya Allah telah memberikan wahyu kepadaku, hendaklah engkau semua itu bersikap tawadhu’, sehingga tidak ada seorang yang membanggakan dirinya di atas orang lain, yakni bahwa dirinya lebih mulia dari orang lain- dan tidak pula seorang itu menganiaya kepada orang lain, karena orang yang dianiaya dianggapnya lebih hina dari dirinya sendiri.” [HR. Muslim]
  • Dari ‘Iyadh bin Himar رضي الله عنه berkata: Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda: "Sesungguhnya Allah سُبْحَانَهُ وَتَعَالَىٰ telah mewahyukan kepadaku; "Bertawadhu'lah hingga seseorang tidak menyombongkan diri terhadap lainnya dan seseorang tidak menganiaya terhadap lainnya.” [HR. Muslim]
  • Dari Anas رضي الله عنه berkata: Rasulullah صلى الله عليه وسلم memiliki seekor unta yang diberi nama Al-’Adhba` yang tidak terkalahkan larinya, maka datang seorang a’rabiy dengan untanya dan mampu mengalahkan, maka hati kaum muslimin terpukul menyaksikan hal tersebut sampai hal itu diketahui oleh Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم, maka beliau bersabda: “Menjadi hak Allah jika ada sesuatu yang meninggikan diri di dunia pasti akan direndahkan-Nya.” [HR. Bukhari (Fathul Bari’-2872)]













source : 
http://adiarsa-na-fkh10.web.unair.ac.id/artikel_detail-36323-%20Catatan%20Jalan%20Dakwah TAWADHU%E2%80%99%2 %28RENDAH%20HATI%29.html
http://indahnyaislam-atik.blogspot.com/2011/04/rendah-hati-bukan-rendah-diri.html
https://akhlakrasulullahsaw.wordpress.com/2012/03/01/rendah-hati/

Read More
Bang Deni

UMAR KHAYYAM

          'Umar Khayyām (dalam bahasa Persia عمر خیام) dilahirkan di Nishapur, Iran pada tanggal 18 Mei 1048 dan wafat pada tanggal 4 Desember 1131. Nama aslinya adalah Ghiyātsuddin Abulfatah 'Umar bin Ibrahim Khayyāmi Nisyābūri (غياث الدين ابو الفتح عمر بن ابراهيم خيام نيشابوري). Dalam bahasa Persia Khayyām berarti pembuat tenda. Pada masa hidupnya, ia terkenal sebagai seorang matematikawan dan astronom yang memperhitungkan bagaimana mengoreksi kalender Persia. Umar Khayyam dikenal sebagai ilmuwan cerdas abad pertengahan. Ia memiliki nama besar di bidang matematika, astronomi, dan sastra. Sehubungan dengan itu, ia mendapat julukan Tent Maker dari para ilmuwan semasanya.
          Tanpa diduga, kecemerlangan nama Umar Khayyam menarik perhatian Sultan Malik Syah. Pada suatu ketika, Sultan menawarkan kedudukan tinggi di istana pada Khayyam, namun ditolaknya dengan sopan. Khayyam lebih memilih menekuni dunia ilmu pengetahuan dari pada menjadi pejabat. Akhirnya, Khayyam pun diberi fasilitas oleh Sultan. Ia diberi dana yang besar untuk membiayai penelitian khususnya di bidang matematika dan astronomi. Sultan juga mendirikan sebuah pusat observasi astronomi yang megah, tempat Khayyam mempersiapkan dan menyusun sejumlah tabel astronomi di kemudian hari. Di samping itu, Umar Khayyam juga diangkat menjadi ketua dari sekelompok sarjana yang terdiri dari delapan orang. Kedelapan orang sarjana tersebut adalah orang-orang pilihan Sultan yang ditunjuk untuk mengadakan sejumlah penelitian astronomi di Perguruan Tinggi Nizamiah, Baghdad.
          Para ilmuwan inilah yang kemudian berhasil melakukan modifikasi terhadap perhitungan kalender muslim. Menurut perhitungan Khayyam, masa satu tahun adalah 365,24219858156 hari. Ia menghasilkan perhitungan yang sangat akurat hingga membuat para ilmuwan memuji kecerdasannya. Pada akhir abad XIX, para astronom menyatakan bahwa masa satu tahun adalah 365,242196 hari. Sementara itu, hitungan terakhir untuk masa satu tahun adalah 365,242190 hari. Sebuah nilai yang tidak jauh berbeda dari perhitungan Umar Khayyam berabad-abad sebelumnya.
         Sejak tahun 1079, Umar Khayyam mulai menerbitkan hasil penelitiannya berupa tabel astronomi yang dikenal sebagai Zij Malik Syah. Adapun di bidang matematika, khususnya mengenai aljabar, ia juga menghasilkan sebuah karya, seperti al-Jabr (Algebra). Di kemudian hari, karya ini diedit dan diterjemahkan dalam bahasa Perancis. Al-Jabr dianggap sebagai sebuah sumbangan terbesar Umar Khayyam bagi negerinya dan perkembangan ilmu matematika.
          Umar Khayyam adalah orang pertama yang mengklasifikasikan persamaan tingkat satu (persamaan linier) dan memikirkan pemecahan masalah persamaan pangkat tiga secara ilmiah. Selain itu, Umar Khayyam juga telah memperkenalkan sebuah persamaan parsial untuk ilmu aljabar dan geometri. Ia membuktikan bahwa suatu masalah geometri tertentu dapat diselesaikan dengan sejumlah fungsi aljabar. Pada abad XV dan XVII, persamaan semacam ini justru lebih banyak digunakan oleh para ahli matematika Eropa.     Hal ini merupakan bukti bahwa Umar Khayyam dan pengikutnya, telah berhasil mendahului para ahli matematika Barat. Karya Khayyam lainnya adalah Jawami al-Hisab. Karya ini memuat referensi paling awal tentang Segitiga Pascal dan menguji balik postulat V yang menyangkut teori garis sejajar, suatu hal mengenai geometri Euclides yang sangat mendasar.
         Sebagai seorang muslim, Umar Khayyam termasuk kelompok moderat. Ia mempunyai pandangan yang berbeda dengan kebanyakan muslim pada waktu itu. Dengan kemampuannya bersastra, Khayyam juga menulis sejumlah puisi yang menggambarkan kisah hidupnya. Puisi tersebut termuat dalam karyanya yang berjudul Rubaiyat. Kini, karya tersebut masih tersimpan di negeri kelahirannya. Sementara itu, karya sastra Khayyam yang lain telah banyak diterjemahkan dalam bahasa Inggris, antara lain oleh Fitz Gerald pada tahun 1839.
 
 
 
 
 
 
source : google and wikipedia
Read More